Qolb ,
Allah berfirman QS : Al-Hajj -46
46. Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga
yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu
yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
Ayat
diatas cukuplah jelas bahwa sanya unsur pokok dari perbuatan manusia itu adalah Hati (Qolb). Adapun ketika seseorang itu terlihatlah buruk
prilakunya itu bisa diketahui kalau keadaan hatinya tersebut bisa dikatakan
terluka alias sakit. Adapun qalb dalam bentuk fisik dan qalb dalam bentuk ruh.
Dalam arti fisik, Qalb dapat kita terjemahkan sebagai “jantung”. Dalam hubungan
inilah Nabi Saw. bersabda, "Di antara tubuh itu ada mudghah, ada suatu
daging; yang apabila ia baik, maka baiklah seluruh tubuh dan apabila ia rusak,
maka rusaklah seluruh tubuh itu. Ketahuilah mudghah itu adalah qalb.” Orang
sering menerjemahakan qalb disini sebagai “hati”, sehingga mereka
berkata, "Kalau hati kita ini bersih maka seluruh tubuh kita bersih.” Padahal
sebenarnya yang dimaksud disini adalah hati dalam bentuk jasmani. Karena Nabi
Saw. menyebutnya segumpal daging.
Ada seorang penulis Mesir yang menulis sebuah buku
tentang kedokteran islam. Dia merujuk hadis ini untuk menunjukan peran jantung
dalam seluruh mekanisme tubuh kita. Bagaimana kalau tubuh kita mengalami
gangguan? Apakah yang akan segera terjadi pada bagian tubuh yang lain. Dan
bagaimana pula kalau jantung kita ini baik, maka apakah yang akan terjadi pada
seluruh bagian tubuh ini?
Itulah yang dimaksud oleh Rasululah bahwa di dalam tubuh
kita ada segumpal daging yang apabila daging itu baik, maka baiklah seluruh
tubuh dan apabila rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Dan segumpal daging itu
adalah al-qalb, jantung dalam bentuk fisik.
Ada juga qalb dalam arti kekuatan ruhaniah yang mampu
melakukan peng-idrak-an. Idrak adalah memahami, mempersepsi dan
mencerapi. Misalnya perasaan sedih dan gembira, yang berpikir dan yang
merenungkan itu kekuatan batin yang disebut qalb. Dan ini dalam bahasa
indonesia disebut hati. Sehingga kalau ada sebutan, "Hatinya hancur,”
maka yang dimaksud bukan jantungnya hancur tetapi ada bagian jiwa orang itu
yang hancur.
Ketika Nabi mengatakan, ”Ada segumpal daging dalam
tubuh,” Nabi juga melambangkan peran hati dalam kesehatan jiwa. Sebagaimana
jantung memegang peranan penting dalam kesehatan tubu, maka begitu pula hati.
Ia memegang peranan amat penting dalam kesehatan ruhani kita. Kalau hati kita
rusak, maka seluruh ruhani kita rusak; dan kalau hati kita baik, seluruh ruhani
kita baik.
Banyak hadits nabi yang membicarakan qalb ini. Di
antaranya, Rasulullah Saw. mengatakan bahwa “Qalb ini karena sifat
berubah-ubahnya bagaikan selembar bulu dipadang pasir yang bergantung pada akar
pepohonan kemudian dibolak-balik oleh angin dari atas kebawah “.
Ketika Rasulullah menggambarkan hati itu seperti selembar
bulu yang tergantung di atas pohon yang ditiup angin, beliau mengingatkan kita
agar berhati-hati menghadapi perubahan itu. Karena itu, ada do’a yang diajarkan
Nabi untuk mengokohkan hati, yaitu “Teguhkanlah hatiku dalam agama-mu”.
Dalam pertanggung jawaban yang berkaitan dengan amal
manusia, Allah menghukum bukan hanya amal lahiriyah dalam bentuk perbuatan yang
jelek tetapi juga niat yang jelek yang tersembunyi dalam hati. Al-Qur’an mengatakan
(QS Al-baqoroh :225).
225.
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk
bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja
(untuk bersumpah) oleh hatimu. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
Dalam ayat lain disebutkan:
"Janganlah
kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati kamu akan dimintai pertanggungjawaban (QS 17:36)
Jadi, jangan mengira kalau kita punya niat yang jelek itu
tidak dimintai pertanggungjawaban. Itu juga dihukum. "Tidakkah mereka
mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala
yang mereka nyatakan". (QS 2:27) Jadi, termasuk niat yang ada dalam
hati pun akan di hitung Allah Swt Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan niat
itu.
Dalam suatu perjalanan yang panjang dengan udara yang
panas, para sahabat kelelahan. Waktu itu Rasulullah mengatakan, “Ada orang
yang tinggal di Madinah dan tidak ikut berangkat dengan kita tetapi ia mendapatkan
ganjaran seperti ganjaran amal yang sedang kita laksanakan”. Ketika para
sahabat bertanya,:”Mengapa?” Rasulullah menjawab, “Karena dia telah
berniat pergi bersama kita, tetapi karena uzur yang tidak dapat ditolak, dia
tidak bisa berangkat bersama kita, dan Allah membalas mereka semua dengan
niatnya.”
Bila ada laki-laki menikah dengan mahar yang tidak
dibayar kontan, sedangkan ia berniat dalam hati untuk tidak membayarnya, maka
Allah menghitung laki-laki tersebut berzina. Kalau ada orang meminjam uang
kemudian dalam hatinya ada niat tidak mau membayar, Allah menghitungnya sebagai
pencuri. Dari sini Allah menghukum seseorang berdasarkan niat yang bergetar
didalam hati, karena niat itu letaknya di dalam hati.
Marilah kita melihat apa peranan hati didalam ruhani kita
menurut beberapa riwayat : Rasulullah Saw. bersabda : “Hati itu bagaikan
raja, dan hati itu memiliki bala tentara. Apabila raja itu baik, maka baiklah
seluruh bala tentaranya, dan kalau hati itu rusak, maka rusaklah seluruh bala
tentaranya”.
Imam Ja’far Ash-shadiq juga mengatakan, “Sesungguhnya
posisi qalb sama seperti pemimpin ditengah-tengah manusia.” Dalam hadits
lain disebutkan, “Sesungguhnya Allah punya wadah dibumi dan wadah itu adalah
hati. Maka sesungguhnya hati yang dicintai oleh Allah adalah hati yang lembut,
yang bersih dan yang kokoh.” Kemudian Nabi melanjutkan, “Yang paling
lembut adalah yang lembut terhadap sesama saudaranya, dan yang bersih adalah
yang bersih darri dosa-dosa, sedangkan yang kokoh adalah keteguhan seseorang dalam
membela agama Allah sedang dia tidak takuk celaan orang yang mencelanya”.
Dalam riwayat lain, nabi SAW bersabda, “Allah
tidak melihat tubuh tubuh kamu, Allah tidak melihat harta- harta kamu tetapi
Allah melihat hati dan amal amal kamu.” .
Hakim At-tirmidzi mengatakan bahwa qolb itu
adalah tempat pengetahuan yang lebih mendalam dan keimanan terhadap ajaran
spiritual dan keagamaan yang murni. Ia juga tempat kesadaran kita akan
kehadiran Tuhan sebuah kesadaran yang mengerahkan kita pada transormasi pemikiran
dan tindakan.
Ia juga mengemumakan bahwa hati memiliki empat
stasiun : Dada (Shadr), hati (Qolb), hati lebih dalam (fuad), dan hati-hati
yang terdalam (lubb). Keempat stasiun ini saling bersusunan bagaikan sekumpulan
lingkaran. Dada adalah lingkaran terluarnya, hati dan hati lebih dalam berada
pada kedua lingkaran tengan, sedangkan inti hati terletak dipusat lingkaran.
Tiap-tiap stasiun mewadahi cahay sendiri. Dada
mewadahi cahaya islam (praktik ibadah dan amal saleh). Hati mewadahi cahaya
iman. Hati-hati dalam mewadahi cahaya makrifat atau pengetahuan akan kebenaran
spiritual. Inti hati terdalam mewadahi dua cahaya, cahaya kesatuan dan cahaya
keunikan, yang merupakan dua wajah ilahi.
Keempat stasiun tersebut bagaikan area yang
berbeda dari sebuah rumah. Dada adalah area terluar, bagaikan pinggiran dari
sebuah rumah yang berbatasan dengan dunia luar, tempat binatang-binatang buas
dan orang-orang asing berkeliaran. Ia dilingkari oleh tembok –tembok dan
diamankan dengan gerbang atau pintu yang terkunci. Hanya anggota keluarga serta
tamu yang diundanglah yang boleh memasukinya. Hati lebih dalam adalah kamar
terkunci yang menyimpan benda-benda pusaka berharga milik keluarga tersebut
hanyalah yang memiliki kuncinya. Lihat tabel berikut :
Dada (shodr)
|
Hati (qolb)
|
Hati-hati dalam (fuad)
|
Hati-hati
terdalam (lubb)
|
Cahaya islam
|
Cahaya iman
|
Cahaya
makrifat
|
Cahaya tauhid
|
Muslim
|
Mukmin
|
Arif (ahli
mkrifat)muhsin
|
Muwahid (ahli
tauhid)
|
Pengetahuan
tentang tindakan yang benar
|
Pengetahuan
batiniah
|
Penglihatan batiniah
|
Sikap ilahiah
|
Nas amarah
tirani atau memerintahkan kepada keburukan
|
Nafs Mulhamah
ter ilhami
|
Nafs
lauwwamah penuh penyesalan
|
Nafs
mutmainnah tentram
|
Ada sebuah motivasi “
Ketika mata hati terbuka, kita dapat melihat
kenyataan yang tersembunyi di balik penampakan luar duinia ini. Ketika telinga
hati terbuka, kita mampu mendengar kebenaran yang tersembunyi di balik
kata-kata yang terucap. Melalui hati yang terbuka, sistem saraf kita dapat
menyesuaikan diri dengan sistem saraf orang lain, sehingga kita mengetahui apa
yang mereka pikirkan bagaimana mereka akan bersikap.
Hati kita adalah sumber cahaya batiniah,
inspirasi, kreativitas, dan belas kasih. Seorang mukmin sejati, hatinya hidup,
terjaga, dan dilimpahi cahaya. Seorang ulama’ menuturkan “ jika kata-kata
berasal dari hati, ia akan masuk kedalam hati, jika ia keluar dari lisan, maka
ia akan hanya melewati pendengaran.
Terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar